Ibuku yang Hebat
Jika
berbicara tentang orang tua, terutama Ibu tak akan ada habisnya. Sejak anak
berada di dalam kandungan, selalu terlihat tegar. Ketulusan cinta, kasih sayang
dan pengorbanannya yang tak lekang oleh waktu untuk anaknya. Itu yang aku
terima dari seseorang yang disebut ‘Ibu’. Bagiku, Ibu adalah malaikat tak
bersayap, sesosok yang teramat luar biasa hebat.
Ibu
siap melakukan apapun demi melindungi dan melihatku bahagia, tumbuh berkembang
menjadi sosok yang kuat dan berharap akan kuat seperti dirinya. Selain mengurus
pekerjaan rumah tangga, Ibu juga bekerja untuk membantu Ayah memenuhi kebutuhan
rumah tangga. Setiap hari sehabis subuh, Ibu dan Ayah berangkat bekerja disaat
hiru pikuk kota yang belum begitu ramai dengan suara bising kendaraan dan
kemacetan. Pulang setelah matahari sudah membenamkan dirinya.
Selama
Ibu dan Ayah bekerja, aku menghabiskan waktu dan diurus oleh Nenek. Waktu yang
paling aku tunggu adalah pada saat malam hari tiba, dimana Ibu dan ayahku
pulang bekerja karena waktu berkumpul bersama Ibu dan Ayah merupakan hal yang
menyenangkan. Aku bisa berbagi cerita keseharianku pada orang tuaku walaupun
sebenarnya lelah, tetapi Ibu dan Ayah selalu tersenyum mendengarkan setiap
cerita yang ku keluarkan dari mulutku. Bersama dengan keluarga lengkap adalah
hal yang paling berharga dan penuh kehangatan.
Hingga
suatu kenyataan yang membuat aku dan Ibu sangat sedih, yaitu Ayah jatuh sakit.
Ayah di diagnosa mengidap penyakit gagal ginjal. Ayah sangat terkejut dan tidak
siap pada pernyataan dokter waktu itu, tetapi Ibu selalu menguatkan Ayah walau
sebenarnya Ibu juga tidak siap menghadapi kenyataan.
Hari
demi hari sangat berat bagi keluargaku, merasakan kesedihan dan kekhawatiran
yang panjang. Ibu dengan telaten dan sabar merawat Ayah, selalu di sisi Ayah di
kala sakit yang teramat sangat melanda tubuh Ayah. Semenjak Ayah sakit, Ayah
mengurangi kegiatannya. Selain merawat Ayah, Ibu juga tidak lupa akan kewajibannya.
Ibuku pandai membagi waktu antara mengurus rumah tangga, memperhatikanku, dan
memenuhi kebutuhan rumah.
Aku
tahu Ibu sangat sedih melihat setiap kali Ayah merasakan kesakitan, tetapi Ibu
selalu tersenyum dan berusaha tegar supaya Ayah bisa bertahan. Hingga pada
akhirnya, Ayah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa setelah bertahun-tahun merasakan
sakit. Kematian Ayah seperti bom waktu bagiku dan Ibu, doa yang sering
dipanjatkan dan harapan seakan sia-sia. Bagaimana hidupku dan Ibu setelah
kepergian Ayah?
Hari-hari
yang ku lewati terasa sangat berat, terutama bagi Ibu yang selalu menemani
Ayah, hancur sekali hatinya bahkan rapuh untuk bangkit kembali. Tetapi, Ibu
tahu bahwa tidak baik larut dalam kesedihan karena waktu terus berjalan.
Setelah kepergian Ayah, Ibu juga menjadi
kepala keluarga dan menjadi ibu rumah tangga yang mengurus rumah, mencari uang
untuk membiayai pendidikanku.
Setiap
hari kerutan di wajah Ibu makin terlihat jelas, umur Ibu juga bukan lagi umur
produktif. Aku tahu bahwa sebenarnya Ibu sangat lelah, terkadang merasakan
sakit karena seharian bekerja tetapi Ibu selalu mengatakan baik-baik saja
dengan senyuman yang tulus di wajahnya. Jika rasa sakit itu tidak tertahan Ibu
memintaku untuk memijitnya.
Sebelum
berangkat bekerja Ibu selalu memasak untukku sarapan sampai cukup untuk makan
malam. Setelah Ibu pulang bekerja, jarang sekali ada percakapan-percakapan
seperti dulu karena sesampainya di rumah Ibu langsung beristirahat,
membersihkan badannya yang penuh keringat dan tidur agar kebesokannya badan
bugar untuk bekerja kembali. Ibu rela mengorbankan waktu dan tenaganya.
Terkadang sesekali jika akhir pekan tiba Ibu menyempatkan diri untuk meluangkan waktu untuk pergi jalan-jalan atau makan bersamaku, agar kebersamaan sebagai keluarga tetap terjalin. Tetapi, aku mengerti mengapa keadaannya menjadi seperti ini karena apapun yang Ibu lakukan semuanya untukku. Aku berharap nantinya aku bisa kuat seperti Ibu yang mandiri, Ibu yang multi talenta bisa sebagai seorang Ayah, Ibu yang bisa menahan semua terpaan yang dihadapi. Aku selalu merapalkan doa agar Ibu tetap sehat dan kuat di setiap langkahnya. (Laita Nur Azahra/Politeknik Negeri Jakarta)
Telah dimuat di Kumparan.com pada 11 Mei 2020
Yg sabar yaa
BalasHapusSemoga kita bisa ngebahagiain ibu kita kelak ya
BalasHapusselalu mau nangis kalau baca tulisan tentang ibu huhu thank you for sharing leta
BalasHapusSemoga ibumu sehat terus laitaaa
BalasHapusSemoga sehat sehat yaa leta dan ibuu😇
BalasHapusThanks for sharing! Jangan lupa bahagiain ibu kitaa yaa🥺❤️
BalasHapusSemoga kita semua diberi umur yang panjang biar bisa selalu bahagia in ibu kita yaa🥺
BalasHapusPanjang umur wanita indonesia!
BalasHapusBahagia selalu orang² hebatt
BalasHapussemangat, jangan pernah bikin ibu sedih sahabat ��
BalasHapusIbu adalah sosok wanita yang hebat
BalasHapussemoga ibu kita sehat selalu yaa
BalasHapussayang mama banget, semoga selalu diberi kesehatan
BalasHapusSemoga ibu kita selalu dalam lindungan Allah
BalasHapusLuv u mom
BalasHapusSehat selalu ibuuuu
BalasHapussayang ibuuu
BalasHapusMenginspirasi bgt
BalasHapusjadi inget dosa sama mamah🥺
BalasHapusIbu segala'a ❤
BalasHapusLove banget sama ibu 😭❤️
BalasHapusSayang ibu❤️
BalasHapusI love My mom
BalasHapusTerharu banget bacanyaaa, sehat sehat terus mama letaa
BalasHapusSemoga ibu kita selalu di berikan kesehatan ya
BalasHapusIbu memang sosok hebat😭 beliau sangat kuat dan di lain sisi begitu lembut. Kalo gak ada ibu udah gatau deh rumah kayak apa😔 semoga sehat selaluuuu
BalasHapusIbu adalah segala-galanya
BalasHapussangat inspiratif:)
BalasHapusTertelat sepanjang masa, tp suka banget asli bacanya. Semoga kamu dan ibumu diberi kesehatan selalu. Aamiin
BalasHapus