Ibuku yang Hebat

    

Ilustrasi (Foto/Unsplash: @derekthomson)

    Jika berbicara tentang orang tua, terutama Ibu tak akan ada habisnya. Sejak anak berada di dalam kandungan, selalu terlihat tegar. Ketulusan cinta, kasih sayang dan pengorbanannya yang tak lekang oleh waktu untuk anaknya. Itu yang aku terima dari seseorang yang disebut ‘Ibu’. Bagiku, Ibu adalah malaikat tak bersayap, sesosok yang teramat luar biasa hebat.

    Ibu siap melakukan apapun demi melindungi dan melihatku bahagia, tumbuh berkembang menjadi sosok yang kuat dan berharap akan kuat seperti dirinya. Selain mengurus pekerjaan rumah tangga, Ibu juga bekerja untuk membantu Ayah memenuhi kebutuhan rumah tangga. Setiap hari sehabis subuh, Ibu dan Ayah berangkat bekerja disaat hiru pikuk kota yang belum begitu ramai dengan suara bising kendaraan dan kemacetan. Pulang setelah matahari sudah membenamkan dirinya.

    Selama Ibu dan Ayah bekerja, aku menghabiskan waktu dan diurus oleh Nenek. Waktu yang paling aku tunggu adalah pada saat malam hari tiba, dimana Ibu dan ayahku pulang bekerja karena waktu berkumpul bersama Ibu dan Ayah merupakan hal yang menyenangkan. Aku bisa berbagi cerita keseharianku pada orang tuaku walaupun sebenarnya lelah, tetapi Ibu dan Ayah selalu tersenyum mendengarkan setiap cerita yang ku keluarkan dari mulutku. Bersama dengan keluarga lengkap adalah hal yang paling berharga dan penuh kehangatan.

    Hingga suatu kenyataan yang membuat aku dan Ibu sangat sedih, yaitu Ayah jatuh sakit. Ayah di diagnosa mengidap penyakit gagal ginjal. Ayah sangat terkejut dan tidak siap pada pernyataan dokter waktu itu, tetapi Ibu selalu menguatkan Ayah walau sebenarnya Ibu juga tidak siap menghadapi kenyataan.

    Hari demi hari sangat berat bagi keluargaku, merasakan kesedihan dan kekhawatiran yang panjang. Ibu dengan telaten dan sabar merawat Ayah, selalu di sisi Ayah di kala sakit yang teramat sangat melanda tubuh Ayah. Semenjak Ayah sakit, Ayah mengurangi kegiatannya. Selain merawat Ayah, Ibu juga tidak lupa akan kewajibannya. Ibuku pandai membagi waktu antara mengurus rumah tangga, memperhatikanku, dan memenuhi kebutuhan rumah.

    Aku tahu Ibu sangat sedih melihat setiap kali Ayah merasakan kesakitan, tetapi Ibu selalu tersenyum dan berusaha tegar supaya Ayah bisa bertahan. Hingga pada akhirnya, Ayah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa setelah bertahun-tahun merasakan sakit. Kematian Ayah seperti bom waktu bagiku dan Ibu, doa yang sering dipanjatkan dan harapan seakan sia-sia. Bagaimana hidupku dan Ibu setelah kepergian Ayah?

    Hari-hari yang ku lewati terasa sangat berat, terutama bagi Ibu yang selalu menemani Ayah, hancur sekali hatinya bahkan rapuh untuk bangkit kembali. Tetapi, Ibu tahu bahwa tidak baik larut dalam kesedihan karena waktu terus berjalan. Setelah kepergian Ayah,  Ibu juga menjadi kepala keluarga dan menjadi ibu rumah tangga yang mengurus rumah, mencari uang untuk membiayai pendidikanku.

    Setiap hari kerutan di wajah Ibu makin terlihat jelas, umur Ibu juga bukan lagi umur produktif. Aku tahu bahwa sebenarnya Ibu sangat lelah, terkadang merasakan sakit karena seharian bekerja tetapi Ibu selalu mengatakan baik-baik saja dengan senyuman yang tulus di wajahnya. Jika rasa sakit itu tidak tertahan Ibu memintaku untuk memijitnya.

    Sebelum berangkat bekerja Ibu selalu memasak untukku sarapan sampai cukup untuk makan malam. Setelah Ibu pulang bekerja, jarang sekali ada percakapan-percakapan seperti dulu karena sesampainya di rumah Ibu langsung beristirahat, membersihkan badannya yang penuh keringat dan tidur agar kebesokannya badan bugar untuk bekerja kembali. Ibu rela mengorbankan waktu dan tenaganya.

    Terkadang sesekali jika akhir pekan tiba Ibu menyempatkan diri untuk meluangkan waktu untuk pergi jalan-jalan atau makan bersamaku, agar kebersamaan sebagai keluarga tetap terjalin. Tetapi, aku mengerti mengapa keadaannya menjadi seperti ini karena apapun yang Ibu lakukan semuanya untukku. Aku berharap nantinya aku bisa kuat seperti Ibu yang mandiri, Ibu yang multi talenta bisa sebagai seorang Ayah, Ibu yang bisa menahan semua terpaan yang dihadapi. Aku selalu merapalkan doa agar Ibu tetap sehat dan kuat di setiap langkahnya. (Laita Nur Azahra/Politeknik Negeri Jakarta)


Telah dimuat di Kumparan.com  pada 11 Mei 2020


Komentar

  1. Semoga kita bisa ngebahagiain ibu kita kelak ya

    BalasHapus
  2. selalu mau nangis kalau baca tulisan tentang ibu huhu thank you for sharing leta

    BalasHapus
  3. Semoga sehat sehat yaa leta dan ibuu😇

    BalasHapus
  4. Thanks for sharing! Jangan lupa bahagiain ibu kitaa yaa🥺❤️

    BalasHapus
  5. Semoga kita semua diberi umur yang panjang biar bisa selalu bahagia in ibu kita yaa🥺

    BalasHapus
  6. semangat, jangan pernah bikin ibu sedih sahabat ��

    BalasHapus
  7. Ibu adalah sosok wanita yang hebat

    BalasHapus
  8. sayang mama banget, semoga selalu diberi kesehatan

    BalasHapus
  9. Semoga ibu kita selalu dalam lindungan Allah

    BalasHapus
  10. jadi inget dosa sama mamah🥺

    BalasHapus
  11. Love banget sama ibu 😭❤️

    BalasHapus
  12. Terharu banget bacanyaaa, sehat sehat terus mama letaa

    BalasHapus
  13. Semoga ibu kita selalu di berikan kesehatan ya

    BalasHapus
  14. Ibu memang sosok hebat😭 beliau sangat kuat dan di lain sisi begitu lembut. Kalo gak ada ibu udah gatau deh rumah kayak apa😔 semoga sehat selaluuuu

    BalasHapus
  15. Tertelat sepanjang masa, tp suka banget asli bacanya. Semoga kamu dan ibumu diberi kesehatan selalu. Aamiin

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Lebih Dalam Empat Prodi Teknik Grafika dan Penerbitan di PNJ

Workout Gratis Selama di Rumah Aja

Ini Adalah Tentangku