Super Hero Dalam Hidupku

                                                    Ilustrasi (Photo by Laura Fuhrman/Unsplash)

Seorang kerabat sering bercerita kepadaku tentang ayahnya. Sebut saja Mawar namanya. Saat aku main ke rumahnya, aku pernah bercengkrama dengan ayahnya, ayahnya ramah, baik, lembut dan tatapannya yang begitu hangat. Mawar bercerita bahwa ayahnya adalah seorang pejuang yang tangguh dan selalu sigap dalam kondisi apapun. Orang yang sangat berambisi dan penuh semangat setiap harinya.

Ya, itulah seorang Ayah. Cinta tulus dan kasih sayangnya tidak kalah besar dengan seorang Ibu. Lebih mementingkan keluarga daripada dirinya sendiri. Pundaknya selalu terasa sangat berat setiap harinya. Wajahnya selalu terlihat lelah, tetapi seorang Ayah tak ingin menunjukkan rasa lelah itu ke anak-anaknya.

Mencari nafkah ketika sang fajar akan muncul dan pulang ketika matahari sudah menenggalamkan dirinya. Setiap pagi, ia selalu menunggu order-an masuk di ponselnya. Ya, ayahnya seorang ojek online. Sebelum menjemput penumpangnya, ia tidak lupa untuk berdoa agar hari ini rezekinya cukup untuk anak-anak dan kebutuhan sehari-hari.

Bertemu dengan kemacetan sudah sangat biasa baginya. Teriknya matahari di siang hari tidak memudarkan semangatnya. Begitu banyak macam sifat dan karakter penumpang yang sering ia temui setiap harinya.

Pernah suatu ketika menuju alamat penumpang ia tidak sengaja tidak berbelok yang dikatakan oleh penumpang dikarenakan sang penumpang telat untuk memberi tahu. Alhasil ia akhirnya membelokkan motornya di belokan selanjutnya yang membuat rute perjalanannya agak jauh. Setelah mengantar penumpang tersebut, ia mendapatkan 4 bintang dan akunnya terkena suspend atau peringatan dari aplikasi ojek online. Akibatnya, ia tidak bisa menggunakan akunnya dan tidak mendapatkan order-an selama beberapa hari. Tak jarang juga ayahnya mendapatkan order-an fiktif (ofik).

Pada saat pandemi Covid-19 ini, penghasilan yang didapatkan jadi menurun dan order-an menjadi sepi. Ia menjalani hari-harinya seperti biasanya, tidak ada beda baginya. Memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah kewajiban yang harus dilakukan di saat masa pandemi seperti ini. Meski sudah mengikuti protokol Kesehatan, kecemasan di dalam dirinya ada. Namun tidak ada cara lain lagi selain tetap mencari nafkah.

Yang biasanya ia bisa berlibur satu hari, kini tidak ada libur baginya. Pagi berangkat seperti biasa dan terkadang pulang sangat larut malam, mengitari kota Jakarta demi mendapatkan order-an tidak peduli mau itu panas yang menyengat, hujan yang turun tetap tujuannya adalah agar yang di rumah bisa makan. Walaupun tidak dapat seperti dulu setidaknya ia bersyukur masih bisa memberi keluarganya makan. Ia hanya berpegangan dengan pekerjaan ini, tidak ada pekerjaan lain, sebab itu ia bertahan hingga saat ini.

Ketika sampai di rumah, sangat terlihat jelas wajah lelahnya, tetapi ia tetap tersenyum dengan tulus ketika melihat anak-anaknya yang di rumah sehat walafiat seakan bebannya seharian ini terangkat. Ia selalu menyampingkan dirinya agar keluarganya bahagia. Ia tidak peduli badai sebesar apa yang akan ia hadapi, ia akan tetap berusaha kuat. Salah satu alasan ia bertahan adalah keluarganya. Ya, hanya satu alasan saja tetapi begitu berarti dan berharga baginya.

Ayah berjuang agar anak-anaknya bisa menjadi orang yang lebih hebat dari dirinya, menjaga anak-anaknya agar bisa hidup bahagia. Ia tidak ingin keluarganya tersakiti. (Laita Nur Azahra/Politeknik Negeri Jakarta)